Berita

Menkominfo: Mengapa Kita Merdeka dan NKRI?

Sabtu, 17 Agustus 2013Diterbitkan pada

Jakarta, Kominfo- Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) Tifatul Sembiring, dalam sambutan tanpa teks saat menjadi Inspektur Upacara dalam rangka memperingati HUT RI ke-68 di Halaman Kantor Kementerian Kominfo, Jakarta, Sabtu (17/8) menjelaskan tentang mengapa kita merdeka dan mengapa kita NKRI.

Mengenai mengapa kita merdeka, Tifatul, menjelaskan bahwa satu bangsa yang dijajah oleh bangsa lain itu tidak enak.

"Tanyakan kepada para pejuang, para pendahulu kita, Bapak kita, Kakek Nenek kita bahwa dijajah itu tidak enak. Dihinakan oleh bangsa lain, kehormatan dirampas, kekayaan harta dikuras, tidak dihargai, sehingga para orang tua kita, para pahlawan bertekad untuk membebaskan anak cucunya dari para penjajah yang tidak mengenal belas kasihan," jelasnya.

Tifatul mengingatkan, banyak para pejuang yang sekarang sudah berkalang tanah bahkan ada banyak pahlawan yang tidak dikenal, yang tenggelam di lautan, yang terkubur di lembah-lembah, yang meninggal di parit-parit yang tidak dikenal siapa namanya berharap anak cucunya supaya lebih maju, lebih baik dari nasib para pejuang itu sendiri sehingga menginginkan kemerdekaan. "Walaupun mereka (para pahlawan-red) punya jasa dan sudah tiada, namun di dadanya tidak tersemat tanda jasa tersebut," tuturnya.

Jadi, katanya, merdeka adalah satu kata, satu slogan supaya manusia itu bisa bebas untuk mengekspresikan dan mengembangkan kehidupannya.

Mengenai mengapa kita harus Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), Menkominfo mengatakan bahwa dalam NKRI ada etos sejarah pentingnya persatuan dan kesatuan.

Sejarah Majapahit umpamanya, itu memberikan suatu gambaran kepada kita betapa pentingnya persatuan kita. Dalam nusantara ini, kawasan nusantara kita yang disatukan dulu oleh Kerajaan Majapahit yang kita kenal dengan seorang Patih, Gajah Mada, namanya. Ada etos sejarah, katanya.

Menteri mengutip pernyataan dari para ahli, bahwa, seseorang yang tidak memahami sejarah, itu tidak akan arif dan seseorang yang memahami sejarah itu lebih bisa bersifat arif ketimbang orang-orang yang mengabaikan sejarah.

Dalam sambutan tanpa teksnya, Tifatul kembali mempertanyakan bahwa, setelah negeri ini merdeka dan bersatu lagi dan diwariskan kepada kita, akan kita apakan negeri ini. Apakah negeri ini kita bangun, apakah akan kita rusak dan kita runtuhkan atau apakah akan kita pecah belah.

Dengan tegas Menteri menjawab tidak. "Kita harus bangun negeri ini. Ini warisan yang sangat berharga dari para pendahulu kita, Kakek Nenek kita, para pejuang kemerdekaan kita," kata Tifatul.

Dengan membangun negeri ini, lanjutnya, harus ada mimpi yang hendak dicapai pada tahun 2045 mendatang atau 100 tahun Indonesia merdeka mendatang sesuai mimpi Presiden SBY sebagai pemimpin.

Bangsa ini harus pandai bermimpi, ini mimpi dari seorang pemimpin Indonesia dimana hari ini sebetulnya kemajuan-kemajuan sebagian sudah kita raih, tapi belum lagi memuaskan kita semua, ujarnya.

Namun, Tifatul pun mengingatkan agar elemen bangsa pandai-pandai bersyukur. "Kalau kalian bersyukur, kata Allah SWT, ditambah nikmat-nikmatnya, dan kalau kalian ingkar kepada nikmat-nikmat itu maka tunggu saja azab Allah sangat kerasnya," kata Tifatul seraya mengingatkan.

Diungkapkan Tifatul, bahwa banyak hal yang sudah dicapai oleh Bangsa Indonesia, dimana pada tahun 2011, Indonesia sudah masuk dalam G-21 dengan peringkat ke-16 dunia, di8mana PDB hampir mencapai 1 triliun US Dollar. "Kita punya mimpi yang lebih besar lagi, dimana pada tahun 2045 momentum 100 tahun Indonesia merdeka Insya Alah kita akan mencapai peringkat ke-8 dunia," ungkapnya, seraya menambahkan Indonesia yakin akan mencapai PDB sebesar 13,8 triliun US Dollar pada tahun 2045.

Untuk mencapai ini semua, Tifatul menegaskan, semua elemen bangsa haru memiliki extra ordinary efforts, dengan satu perjuangan yang tangguh, satu usaha yang sungguh-sungguh untuk mencapai itu semua.

"Untuk itu, semua elemen bangsa harus mengisi kemerdekaan yang sudah diraih dengan mengorbankan harta, mengorbankan darah, air mata bahkan nyawa dari para pejuang," tegasnya.

Pada acara memperingati HUT RI ke-68 tersebut, Menkominfo Tifatul Sembiring memberikan penghargaan kepada pegawai Kementerian Kominfo. (Az)


Sumber: Portal Kominfo

comments powered by Disqus